Kemajuan teknologi telah melahirkan ide-ide baru para pekerja kreatif yang akhirnya mendorong mereka untuk mendirikan bisnis start-up. Karena masih berada dalam fase pengembangan, bisnis ini membutuhkan budaya terbarukan yang dinilai lebih efektif.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik budaya start-up yang diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan membentuk lingkungan kerja lebih berkualitas.
1. Gaya Kepemimpinan yang Jauh dari Kata Diktator
Sebagian besar para pendiri start-up adalah anak muda milenial yang kreatif, inovatif, terbuka dalam menerima kritik, dan berpikir jauh ke depan. Mereka tidak memerintah, melainkan memberi contoh agar dapat diikuti para karyawannya.
Mereka juga tidak menyalahkan, tetapi mengajak untuk melakukan evaluasi dan bersama-sama mencari solusi. Gaya kepemimpinan seperti ini sangat diharapkan oleh seluruh karyawan karena membuat mereka lebih berkembang.
2. Hubungan yang Solid di Antara Sesama Karyawan
Bisnis start-up memang identik dengan kumpulan muda mudi dengan segala pemikiran kreatifnya, dari pemimpin hingga karyawan biasa. Selisih usia yang tidak seberapa lebih memudahkan mereka dalam berkomunikasi dan melakukan interaksi sosial.
Hal ini didukung dengan gaya leadership yang inovatif. Seorang pemimpin inovatif akan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk membentuk sebuah grup komunitas secara virtual demi mempererat hubungan.
3. Saling Berkolaborasi
Perusahaan yang baru saja dirintis tidak mungkin memiliki ribuan karyawan dan puluhan departemen. Namun, jumlah karyawan yang sedikit ini justru memudahkan mereka untuk saling mengenal satu sama lain, dari potensi yang dimiliki sampai pada hal bersifat pribadi. Keadaan ini akan menciptakan keakraban dan memungkinkan mereka untuk saling kolaborasi terkait pekerjaan.
4. Integritas yang Kuat dalam Mengembangkan Startup
Sebagai bisnis yang baru dirintis, start-up berada pada tahap awal pertumbuhan yang masih beradaptasi dengan perubahan-perubahan. Kebijakan yang diberlakukan juga sering berubah-ubah karena masih dalam tahap riset untuk menemukan pasar yang sesuai.
Keadaan ini menyebabkan budaya kerja cepat dalam berbagi ide kreatif. Untuk itu, integritas yang tinggi sangat diperlukan karena bagi beberapa orang, kondisi tersebut adalah sebuah pekerjaan berat.
5. Bergaya Lebih Santai
Budaya ini sering kali dianggap tidak formal dibandingkan dengan perusahaan pada umumnya. Hal tersebut karena mereka memiliki gaya berpakaian yang lebih kasual dan tidak terlalu memedulikan hierarki dalam tim.
Tampaknya, mereka sangat menjunjung tinggi kebebasan berekspresi. Namun, hal ini hanya gambaran dari sebagian besar saja, dan tidak semuanya memberlakukan kebebasan ini.
6. Adanya Fleksibilitas pada Jam Kerja
Jika selama ini pekerjaan kantoran identik dengan 8 jam kerja per hari, hal tersebut tidak berlaku untuk budaya start-up. Mereka cenderung memiliki kebebasan dan tidak terikat waktu. Hal ini karena pekerjaan yang dilakukan bergantung pada banyaknya proyek yang sedang berjalan.
Jika durasi bekerja pada hari ini hanya 5 jam, esoknya mereka bisa saja bekerja lembur hingga larut malam. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, mereka juga dapat bekerja dari mana saja, tidak harus berada di dalam kantor.
7. Peran yang Dinamis
Saat Anda memiliki keinginan untuk bekerja pada sebuah start-up, pastikan Anda adalah seorang yang multipotensi. Pasalnya, Anda mungkin akan sering berganti peran dan mengerjakan jobdesk yang berbeda dari sebelumnya.
Hal ini disebabkan oleh perubahan strategi dan rencana kerja. Perubahan strategi kerap terjadi karena memang bisnis masih berada pada tahap melakukan percobaan, terkait strategi apa yang paling dianggap efektif dan efisien untuk perkembangan bisnis.
Berdasarkan beberapa ulasan di atas, budaya kerja ini akan cocok untuk Anda penyuka lingkungan kerja yang cepat berubah, tidak merasa terbebani dengan banyak tanggung jawab, serta memiliki dedikasi dan gairah yang tinggi terhadap pekerjaan.
Namun, jika Anda adalah seorang yang lebih menyukai rutinitas dari waktu ke waktu, menghargai prinsip work-life balance, dan mementingkan kompensasi di atas gairah kerja, Anda tidak akan cocok dengan budaya ini.
Demikian adalah ulasan mengenai karakteristik budaya start-up yang perlu Anda ketahui. Semuanya terlihat bertolak belakang dengan budaya perusahaan yang berada pada level korporat.
Setelah mengetahui faktanya, apakah Anda tertarik untuk bekerja di salah satu perusahaan rintisan tersebut? Atau justru Anda berkeinginan untuk mendirikan bisnis baru berbasis teknologi dengan menerapkan budaya ini.
Baca Juga:
- 7 Cara Efektif agar Bisnis Start-up Diliput Media Nasional
- 5 Kesalahan Startup yang Harus Dihindari Ketika Scale Up